[Bab 3] Bagian 8④
3. Contoh kecelakaan dan tindakan penanggulangan④
- Contoh 6
Pekerja jatuh dari lantai kerja ke tanah, bersama-sama dengan batang-batang perancah, saat pekerjaan membongkar perancah setelah pembangunan selesai. -
[Situasi kecelakaan]
Lokasi kecelakaan adalah situs konstruksi bangunan apartemen beton bertulang tiga tingkat milik perusahaan.
Meskipun perancah dipasang di sekitar bangunan, konstruksi bangunan utama sudah selesai, dan pembongkaran perancah sedang dilakukan oleh 7 pekerja dari perusahaan tersebut ketika kecelakaan terjadi. Perancah dirakit menggunakan pipa baja, kerangka standar, dan penguat. Dalam hal metode, perancah dibongkar dari bagian atas, dan pada awalnya komponen diturunkan dengan tangan, tapi di pertengahan proses komponen perancah dijatuhkan.
Korban menjalankan pekerjaan ini dalam tim 2 orang bersama manajer situs. Kerangka standar dari tingkat keempat perancah dilepas satu per satu, dan ketika mencoba untuk menjatuhkan satu, pekerja itu jatuh bersama-sama dengan kerangka standar ke tanah berjarak 5,8 m di bawah.
Korban memakai helm keselamatan, tapi tidak memakai alat penahan jatuh dan tidak membawanya ke situs.
Selain itu, ada satu orang dengan kualifikasi sebagai kepala operasi di situs, tetapi orang itu tidak ditugaskan, dan tidak mengarahkan pekerjaan.
[Penyebab]
1) Tidak diambil tindakan untuk mencegah jatuhnya pekerja yang terlibat dalam pembongkaran.
2) Tidak tampak ada prosedur kerja spesifik untuk melakukan kerja pembongkaran.
3) Kepala operasi belum ditunjuk dan tidak mengawasi langsung pekerjaan.
[Penanggulangan]
1) Putuskan pada langkah-langkah pencegahan jatuh yang akan digunakan saat pembongkaran dan tugaskan kepala operasional untuk memonitor langkah-langkah pelaksanaan dan penggunaan peralatan pelindung, dll.
2) Memeriksa langkah pencegahan jatuh efektif untuk setiap tahap pembongkaran dan memastikan semua pekerja secara konsisten menjalankannya.
3) Menunjuk kepala operasi dan menugaskannya mengawasi pekerjaan secara langsung.
[Referensi] Pemahaman intuitif dan rumus perhitungan sebenarnya
★Jika seseorang jatuh dari ketinggian (h) 5 meter…
(Percepatan gravitasi g = 9,8 m/d2, dengan asumsi tidak ada hambatan udara)
・Waktu jatuh ➡ 1,01 detik [t (Waktu) = √ (2 h/g)]
・Kecepatan saat tabrakan ➡ 9,9 m/d (35,64 km/j) [v (kecepatan) = √ (2gh)]
Kekuatan tabarakannya kira-kira setara dengan orang yang berlari cukup cepat dan menabrak dinding dengan kecepatan penuh tanpa mengurangi kecepatan sama sekali.
・Gaya tumbukan F = mv2/l (kg m/d2) = mv2/l (N)
* m adalah massa, sehingga gaya tumbukan lebih besar bagi orang-orang berat.
* l (huruf “L” kecil) adalah jarak dari awal mulai perlambatan hingga perhentian akhir ➡ Jika terjadi jatuh, ini adalah jarak sejak kontak terjadi tanah (saat mulainya perlambatan) sampai tubuh (atau tanah) runtuh hingga batas maksimum (kecepatan nol).
* Ada berbagai teknik untuk menghitung gaya tumbukan, dan rumus perhitungan ini adalah salah satu contoh.
Kereta peluru Shinkansen yang berjalan secepat 300 km/jam melambat sejak beberapa kilometer sebelum berhenti di stasiun, sehingga penumpang hampir tidak mengalami hentakan.
Dengan kata lain, nilai l sangat besar, sehingga gaya tumbukan F menjadi kecil.
Peredam kejut berfungsi untuk melakukan hal ini.
Peredam ini menyediakan waktu sebanyak mungkin untuk memperlambat, dan sebagai hasilnya, ini meningkatkan nilai l dengan meningkatkan jarak dari awal perlambatan hingga perhentian terakhir.
(Oleh karena itu, semakin jauh jarak jatuh, semakin panjang peredam kejut yang dibutuhkan. Karenanya, peredam kejut Tipe 2 lebih panjang dari Tipe 1.)
Peredam kejut
(Sabuk nilon dijahit dalam banyak lapis terpasang di dalam) ➡ Ketika sabuk nilon sudah tertarik keluar
このページをシェアする
講習会をお探しですか?